Rabu, 17 April 2013

Sindikasi international.okezone.com

Sindikasi international.okezone.com


Ksatria Templar Era Klasik & Modern

Posted: 17 Apr 2013 03:03 PM PDT

NEW YORK - Usai warga Kristiani merebut Yerusalem dalam Perang Salib Pertama, sekelompok peziarah dari Eropa Barat langsung mengunjungi tanah suci itu. Seorang bangsawan Prancis Hugues de Payens pun membentuk ordo militer bersama delapan keluarganya, militer itulah cikal bakal dari Ksatria Templar.

Militer yang dibentuk de Payens bernama Ksatria Miskin dari Kuil Solomon. Berkat dukungan Raja Baldwin II dari Yerusalem, mereka diizinkan membangun markas di komplek suci. Mereka pun bersumpah melindungi warga Kristiani dari ancaman warga asing yang memasuki Yerusalem. Demikian, dilansir dari History.com, Kamis (18/4/2013).

Para ksatria itu didera kritik oleh sejumlah pemuka agama di Yerusalem. Namun pada 1129, mendapatkan pengakuan formal dari Gereja Katolik dan kepala biara ternama, Bernard of Clairvaux. Prajurit-prajurit baru pun terus bermunculan dari Eropa dan bersamaan dengan itu, ordo militer itu terus diberikan sumbangan dana.

Meski para Ksatria Templar itu disumpah agar tidak mengeruk kekayaan, ordo militer itu justru semakin makmur. Pada saat itulah, Ksatria Templar mengadopsi kode etik baru yang cukup keras, dan merancang pakaian barunya yang dengan salib berwarna merah.

Menjelang Perang Salib Kedua, Ksatria Templar terus membangun kekuatannya. Salah satu aturan yang harus mereka patuhi adalah, pantang menyerah kecuali jumlah mereka jauh di bawah jumlah pasukan musuh. Mereka pun berhasil membangun bank untuk para peziarah yang ingin menabung aset-asetnya.

Di akhir abad ke-12, pasukan Islam berhasil mengambil alih Yerusalem, dan memaksa para ksatria itu meninggalkan tanah suci. Tepat pada 1303, Ksatria Templar kehilangan tempat berpijaknya di dunia Islam, mereka pun mendirikan basis operasi di Paris namun mereka justru menghadapi masalah baru.

Pada 13 Oktober 1307, Raja Philip IV memerintahkan penangkapan terhadap Ksatria Templar Prancis beserta pimpinannya, Jacques de Molay. Mereka didakwa memuja setan, murtad, dan menghina Kristen. Raja Philip akhirnya mendesak Paus Clementinus V untuk mengadakan penyelidikan. Namun pada 1310, para Ksatria Templar itu dibakar hidup-hidup di Paris.

De Molay juga menjalani penyiksaan yang sama di tahun 1314. Dan di bawah tekanan Philip, Paus Clementinus membubarkan Ksatria Templar pada 1312.

Banyak sejarawan sepakat, Ksatria Templar sudah dibubarkan 700 tahun yang lalu, namun beberapa orang yakin bahwa ordo itu masih ada dan bergerak secara rahasia di era modern. Pada abad ke-18, organisasi Freemason menghidupkan simbol-simbol dan tradisi Ksatria Templar.

Seorang ekstrimis anti-Islam di Norwegia, Anders Behring Breivik, juga mengklaim bahwa dirinya loyal dengan Ksatria Templar. Beberapa anggota kartel Meksiko juga dinyatakan memiliki hubungan dengan ksatria abad pertengahan itu.

Berita Selengkapnya Klik di Sini

(AUL)

Tersangka Bom Boston Teridentifikasi Lewat Video

Posted: 17 Apr 2013 12:22 PM PDT

BOSTON - Kabar mengenai tertangkapnya pelaku pengeboman di Boston, terus beredar. Pihak berwenang Amerika Serikat (AS) dikabarkan berhasil mengidentifikasi pelaku melalui rekaman video.
 
Menurut seorang petugas penyelidik federal AS kepada CNN, Kamis (18/4/2013), tersangka berhasil diidentifikasi melalui dua rekaman video yang diambil sesaat bom belum meledak.
 
Salah satu rekaman video tersebut diambil tidak jauh dari pusat perbelanjaan Lord & Taylor. Sementara rekaman lainnya berasal dari video keamanan yang dimiliki oleh stasiun televisi Boston.
 
Pihak penyelidik mengatakan, video tersebut berhasil merekam seorang pria yang menaruh tas ransel di lokasi ledakan. Pria itu tampak menggenggam ponsel, yang diduga digunakan sebagai pemicu bom.
 
Ketika pria itu menggunakan ponsel tersebut, bom pertama meledak. Pria tersebut diketahui menggunakan jaket berwarna hitam yang dipadu dengan sweater berwarna abu-abu dan topi berwarna putih.
 
Para penyelidik saat ini memfokuskan untuk menyelidik jarak waktu dari telefon dan informasi panggilan di ponsel di saat peristiwa ledakan. Diharapkan, dengan cara ini mereka bisa mengidentifikasi tersangka potensial. Kemudian, pihak penyelidik akan menyamakan identitas penggunal ponsel itu dengan video yang mereka miliki saat ini.

Berita Selengkapnya Klik di Sini

(faj)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan