Selasa, 26 April 2011

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Komnas HAM Telusuri Bentrok di Mesuji

Posted: 26 Apr 2011 06:52 PM PDT

Palembang (ANTARA News) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia turun ke lapangan bertemu sejumlah pihak untuk menelusuri bentrokan antarwarga Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, 21 April yang mengakibatkan tujuh korban meninggal.

Informasi yang diperoleh ANTARA, Rabu, menyebutkan Wakil Ketua Komnas HAM Nur Kholis telah berkujung ke lokasi kejadian di Desa Sungai Sodong untuk bertemu wagra, Pemkab Ogan Komering Ilir, dan jajaran Muspida pada 26 April 2011.

Kemudian dijadwalkan bertemu Kapolda Sumsel Irjen Pol Hasyim Irianto, dan pimpinan PT SWA di Palembang, Rabu 27 April 2011.

Selain bertemu dan mendengarkan paparan Bupati OKI Ishak Mekki, Nur Kholis beserta staf Komnas HAM juga telah bertemu dengan Kapolres OKI AKBP Agus F, dan Dandim 0402 OKI Letkol Inf H Yan Namora.

Pemkab OKI dan sejumlah pihak menindaklanjuti kasus bentrokan warga Sungai Sodong dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Sumber Wangi Alam (SWA) yang mengakibatkan dua warga dan lima anggota Satpam PT SWA tewas itu, dengan membentuk tim pencari fakta.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Palembang mendampingi warga Desa Sodong, dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel akan menerjunkan anggotanya untuk mendalami kasus tersebut di lapangan.

Komnas HAM menyatakan perlu memberi perhatian serius terhadap tragedi Sungai Sodong itu, serta mengumpulkan informasi dari korban maupun aparat, sehingga mendapatkan fakta yang sebenarnya.

Tujuh korban tewas.
Dalam bentrokan itu tujuh warga tewas. Warga membakar fasilitas perusahaan, setelah mengetahui adanya warga yang tewas dalam kejadian tersebut.

Sejumlah warga tewas, diduga menjadi korban tindak kekerasan yang dilakukan oknum petugas keamanan perusahaan perkebunan PT SWA.

Menurut Komisioner yang juga Wakil Ketua Komnas HAM Nur Kholis, pihaknya belum berani membuat kesimpulan atas kejadian tersebut.

Pihaknya baru mendengarkan laporan dari jajaran pemerintah kabupaten dan perwakilan desa, termasuk mendengarkan paparan tentang upaya Pemkab OKI untuk melakukan penyelesaian kasus sengketa lahan antara warga dan perusahaan perkebunan itu, dengan pemerintah melalui mediasi.

Namun, ia menilai jika pemerintah membiarkan kejadian yang menyebabkan jatuhnya tujuh korban jiwa itu, maka pemerintah harus bertanggungjawab.

Sebelumnya, Bupati OKI Ishak Mekki memberikan penjelasan kepada Komnas HAM mengenai kejadian itu.

Menurut Ishak, pemerintah kabupaten sebelum terjadi peristiwa tersebut telah melakukan mediasi antara warga dengan perusahaan, dan juga bersama pemerintah, baik tingkat desa, kecamatan, bahkan DPRD ikut serta.

Karena masalahnya tak kunjung selesai, pemerintah menurut bupati kemudian mempersilakan kedua pihak menempuh jalur hukum.

Bupati berharap saat ini bukan untuk mencari siapa salah dan siapa benar, tetapi bagaimana solusinya agar bisa memulihkan situasi serta menciptakan kondisi yang aman.
(B014/M008)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Polisi Tak Temukan Pesan Intelijen Ancam Pernikahan Kerajaan Inggris

Posted: 26 Apr 2011 06:47 PM PDT

Britains Royal Mail mengumumkan Selasa akan menerbitkan dua perangko resmi untuk memperingati pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton. (ANTARA/REUTERS)

Berita Terkait

London (ANTARA News) - Polisi Inggris mengatakan Selasa tidak menemukan pesan intelijen khusus terkait ancaman keamanan terhadap pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton namun bersumpah akan menindak "keras" rencana protes kaum Muslim.

Scotland Yard mengatakan lebih dari 5.000 polisi termasuk satuan khusus perlindungan dan persenjataan, akan bertugas selama upacara Jumat di Westminster Abbey, sementara personil militer juga akan berjajar di sepanjang rute.

"Di London kami beroperasi seperti biasanya menghadapi kondisi ancaman serius terorisme internasional, dan tentu saja kami telah siap menghadapi tingkat ancaman untuk event ini," kata komandan Christine Jones, salah satu perwira yang memimpin operasi keamanan masif ini, dalam sebuah konferensi pers.

"Namun sementara ini kami tidak punya masukan intelijen khusus yang mengindikasikan ancaman terhadap event tersebut."

Inggris menjadi sasaran serangan kaum militan Islam selama beberapa tahun belakangan ini, yang paling berdarah adalah empat bom bunuh diri di jaringan transportasi London pada 7 Juli 2005, yang menewaskan 52 orang.

Polisi mengakui bahwa sebuah kelompok Islam garis keras, Muslim Against Crusades, telah menolak untuk menyepakati persyaratan pawai protes selama berlangsungnya pesta pernikahan dan juga gagal bertemu dengan polisi minggu lalu.

Sebuah spanduk pada website kelompok tersebut memperingatkan Pangeran William dan adiknya Pangeran Harry, keduanya anggota angkatan bersenjata Inggris, agar "berhati-hati".

Demonstrasi tandingan juga dirancang English Defence League, kelompok kanan-jauh yang mengadakan sejumlah protes terhadap Islam radikal dalam beberapa bulan belakangan, banyak diantaranya berubah kekerasan.

Namun Jones mendesak para petugas agar mengambil tindakan "keras, telak" terhadap protes macam apapun yang mencoba mengganggu hari besar tersebut.

Enam buron terkait kekerasan selama pawai serikat buruh terbesar Inggris bulan lalu menentang pemotongan anggaran pemerintah ditangkap belakangan di tengah kekhawatiran mereka akan melakukan kekacauan serupa, tambahnya.

"Hari ini menjadi hari perayaan, suka cita dan perarakan kebesaran, hari yang fantastis bagi Inggris," kata Jones.

Ratusan ribu orang diperkirakan akan memadati London menyambut pernikahan itu, peristiwa kerajaan terbesar sejak pernikahan orang tua William Pangeran Charles dan Puteri Diana pada 1981, demikian AFP melaporkan. (ANT/K004)

Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan