Khamis, 10 Mac 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Inilah Modus Mengemis ala "Reality Show"

Posted: 10 Mar 2011 06:58 AM PST

SEMARANG, KOMPAS.com - Kreativitas memang tak mengenal kelas sosial. Salah satu turunan kreativitas adalah plagiasi. Itu pula yang terjadi pada pengemis anak-anak di jalan-jalan raya kota Semarang.

Berbekal keterampilan meniru adegan reality show "Minta Tolong" yang ditayangkan di salah satu televisi swasta, pengemis anak-anak di Semarang sanggup mendapat penghasilan lebih dibanding mengemis secara konvensional.

Ricky (10), salah satu anak yang ditemui di kawasan Tugu Muda Semarang menuturkan, ide itu justru muncul dari orang yang sedang nongkrong di kawasan tersebut. Mereka sering bertanya, apakah Ricky dari tim "Minta Tolong". Ketika dia menganggukan kepala agak ragu, ternyata orang tersebut memberi lebih, yakni sebesar Rp 50.000.

"Waktu itu malam Minggu. Kalau malam Minggu kan banyak orang yang sedang pacaran. Nah, saya ditanya seperti itu malah bingung karena tidak pernah menonton televisi. Tapi ketika saya mengangguk, dikasih Rp 50.000. Habis itu saya langsung pergi," kata Ricky, Kamis (10/03/2011).

Pengalaman itu kemudian diceritakan kepada teman-temannya. Akhirnya modus itu tersebar di kalangan pengemis anak-anak, termasuk di kampung-kampung. Untuk yang di kampung-kampung, biasanya mereka berbekal barang dagangan, misalnya sekantung kerupuk seharga tak lebih dari Rp 2.000.

Kerupuk itu lalu ditawarkan kepada siapapun yang dijumpainya seharga minimal Rp 50.000, dengan alasan untuk biaya pengobatan ibunya, biaya sekolah adiknya, dan lain-lain.

"Kebanyakan mereka bertanya sambil berbisik, apakah dari tim "Minta Tolong"? Jika mendapat pertanyaan itu, kami buru-buru mengangguk sambil pura-pura takut. Setelah dapat duit, kami langsung pergi dari lokasi," kata Narti (12), saat ditemui di wilayah perumahan Tlogosari, Semarang.

Reality Show "Minta Tolong" memang menjanjikan sejumlah besar rupiah kepada orang yang baik hati. Hal itulah yang dimanfaatkan pengemis anak-anak di Semarang.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Flu Burung Marak, Pasar Unggas Disemprot

Posted: 10 Mar 2011 06:31 AM PST

Avian Flu

Flu Burung Marak, Pasar Unggas Disemprot

Penulis: K6-11 | Editor: A. Wisnubrata

Kamis, 10 Maret 2011 | 14:31 WIB

BANTUL KOMPAS.com - Kasus ayam mati mendadak akibat wabah flu burung kembali terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Hingga akhir Februari 2011 Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul mencatat sudah ada tiga kasus kematian unggas yang diakibatkan virus "avian influenza".

Kasubid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, drh Sri Budoyo menyatakan, pihaknya telah menerima laporan kasus kematian unggas dari kecamatan Kasihan dan Sanden. "Dari tiga kasus yang kita nyatakan positif AI ada sekitar seratusan unggas yang mati," ujar Sri Budoyo.

Guna mengantisipasi penyebaran virus flu burung ini, petugas melakukan penyemprotan desinfektan di pasar-pasar unggas dan tempat yang berpotensi menularkan virus tersebut. "Kita lakukan penyemprotan secara rutin di pasar unggas, kandang ternak dan tempat pemotongan hewan," imbuh Sri Budoyo.

Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, kasus flu burung di bantul mengalami penurunan, tahun 2009 terdapat 70 kasus, tahun 2010 terdapat 29 kasus dan hingga Februari 2011 hanya 3 kasus.

Meski demikian warga tetap dihimbau untuk tetap waspada terhadap ancaman wabah ini. Jika mengetahui ada kematian ayam mendadak, warga dihimbau untuk segera melapor ke pemerintah desa atau ke kantor dinas, supaya petugas bisa langsung menindaklanjuti.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan