Ahad, 6 Mac 2011

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Petani Pertanyakan Dana Inkud Rp 94 M

Posted: 06 Mar 2011 07:24 AM PST

Petani Cengkih

Petani Pertanyakan Dana Inkud Rp 94 M

Editor: Benny N Joewono

Minggu, 6 Maret 2011 | 15:24 WIB

MANADO, KOMPAS.com - Sejumlah petani dan pengusaha cengkih yang tergabung pada Forum Peduli Cengkih Sulawesi Utara, akan mempertanyakan kelangsungan dana penyertaan modal sebesar Rp 94 miliar, yang sempat dikelolah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud).

Penanggung jawab Forum Peduli Petani Cengkih Sulawesi Utara, Jotje Worotikan di Manado, Minggu (6/3/2011) mengemukakan, pihaknya telah menyurat pihak Polda Sulut dan diteruskan ke DPRD Sulut, untuk melakukan unjuk rasa damai pada Senin (7/3/2011).

Aksi yang sudah disetujui kepolisian tersebut, terkait dengan mempertanyakan dana penyertaan modal (DPM) sebesar Rp 94 miliar yang sempat dikelolah Inkud yang dipimpin Nurdin Halid, karena itu bersumber dari petani Sulut juga.

Kemudian para petani itu meminta DPM milik petani cengkih anggota Koperasi Unit Desa (KUD) yang belum dibayarkan Inkud selama 10 tahun, segera direalisasikan.

Meminta kepada kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut keberadaan dana sebesar Rp 550 miliar selama kepemimpinan Nurdin Halid.

Selain itu, meminta agar Badan Pemeriksa Keuangan mengaudit seluruh aset dan kekayaan keuangan Inkud selama kepemimpinan Nurdin Halid.

Sementara itu, petani cengkih lainnya asal Minahasa Selatan, Josep, berharap dana penyertaan modal itu ada pertanggung jawaban dari para pengurus Inkud yang lama, karena memang itu hak petani.

"Pada tahun 1990-an, kami petani kesulitan mendapatkan harga cengkih secara memadai karena memang diharuskan untuk ikut DPM melalui KUD-KUD. Nyatanya, tidak ada perkembangan berarti bagi kami hingga saat ini," ucapnya.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Mungkinkah Indonesia Jadi Lumbung Pangan

Posted: 06 Mar 2011 07:15 AM PST

Mungkinkah Indonesia Jadi Lumbung Pangan

Editor: Benny N Joewono

Minggu, 6 Maret 2011 | 15:15 WIB

KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ

ILustrasi

TERKAIT:

MAKASSAR, KOMPAS.com — Indonesia mengejar target menjadi lumbung pangan pokok dunia dalam lima hingga 10 tahun ke depan. "Kalau kita kerja keras, lima tahun sampai 10 tahun ke depan kita bisa capai produksi dan produktivitas," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, di Makassar, Minggu (6/3/2011).

Menurutnya, seluruh daerah termasuk Sulsel memiliki potensi kontribusi sangat besar untuk mencapai target tersebut. "Kalau kita bicara pangan, dari sawit saja kita sudah memberi kontribusi untuk dunia tapi pangan pokok juga harus dikejar," ujarnya.

Dalam pembukaan Agrinex International Expo, Jumat (4/3/2011), ia mengatakan, Indonesia harus mampu menunjukkan kesanggupannya menjadi lumbung pangan dunia. Agrinex International Expo yang digelar 4-6 Maret 2011 juga diikuti oleh Provinsi Sulsel.

Kepala Sub-Bidang Promosi dan Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel Devo Khadaffi, melalui pesan singkatnya, mengatakan, dalam pameran tersebut, Sulsel menampilkan komoditas dan olahan pertanian unggulannya. Anjungan Sulsel menampilkan produk-produk olahan seperti kakao, rumput laut, kopi, ikan, markisa, serta lainnya.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan