Jumaat, 4 Mac 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


WNI Kembali ke Mesir

Posted: 05 Mar 2011 03:26 AM PST

WNI Kembali ke Mesir

Penulis: Hindra Liu | Editor: Egidius Patnistik

Sabtu, 5 Maret 2011 | 11:26 WIB

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Warga negara Indonesia yang dievakuasi dari Mesir tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (2/2). Pada gelombang pertama, sebanyak 415 warga negara Indonesia, sebagian besar anak-anak beserta orangtuanya, dievakuasi akibat situasi politik yang memanas di Mesir.

TERKAIT:

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Satgas Penanganan Warga Negara Indonesia di Mesir dan Libya, Hasan Wirajuda, mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia mulai menerbangkan kembali warga Indonesia yang pernah dievakuasi dari Mesir ke Tanah Air ketika negara di Afrika utara itu bergejolak.

Sebanyak 20 warga negara Indonesia (WNI) dan dua bayi diterbangkan ke Kairo sebagai tahap awal dengan pesawat Garuda Indonesia, Jumat (4/3/2011) sore. Mereka bertolak ke Kairo dari Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta.

"Pemberangkatan ini merupakan tahap pertama proses pengembalian WNI ke Mesir. Proses pengembalian WNI ke Mesir akan dilanjutkan secara bertahap setiap harinya," kata Hasan yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden kepada para wartawan, Sabtu (5/3/2011).

Ketika situasi memanas, Pemerintah Indonesia setidaknya mengevakuasi 2.432 WNI. Terkait penggunaan pesawat komersial, Hasan mengatakan bahwa hal itu dilakukan demi efisiensi anggaran.

Saat ini sebagian besar mahasiswa Indonesia telah mendaftar ke Kementerian Pendidikan Nasional untuk dikembalikan ke Mesir. Ujian di sebagian besar universitas di Mesir akan berlangsung pada awal Mei mendatang.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Eropa Perlu Tingkatkan Peran Kelola Selat Malaka

Posted: 05 Mar 2011 02:16 AM PST

LONDON, KOMPAS.com — Peranan Eropa terhadap pengelolaan Selat Malaka masih jauh di bawah negara-negara lain, seperti Jepang, China, dan Uni Emirat Arab. Padahal, jumlah kapal yang menggunakan Selat Malaka untuk memfasilitasi perdagangan Eropa-Asia sangat signifikan.

Hal itu disampaikan Dubes RI di Brussels, Arif Havas Oegroseno, dalam paparannya mengenai "Managing Strategic Waters in Southeast Asia Roundtable Discussion" yang diselenggarakan European Institue for Asian Studies (EIAS), lembaga pemikir atau think-tank berbasis di Brussels yang memfokuskan pada isu-isu di Asia.

Sekretaris Tiga KBRI Brusel Royhan N Wahab dalam keterangan persnya, Sabtu (5/3/2011) menyebutkan, diskusi berlangsung hangat dengan adanya pujian terhadap peran Indonesia dalam mengelola keamanan, keselamatan navigasi, dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Dalam paparannya didampingi Daniela Chitu (pejabat Komisi Eropa dari Directorate General for Maritime Affairs and Fisheries) dan Prof Tanguy Struye (pakar Hubungan Internasional dari Universite Catholique de Louvain), Dubes Arif Havas Oegroseno menyebutkan bahwa jumlah kapal asing memasuki kawasan perairan tersebut dari waktu ke waktu akan semakin meningkat. Menurut Dubes, Eropa perlu menyadari peran strategis Indonesia di perairan Asia karena 71.359 kapal menjadikan Selat Malaka sebagai salah satu jalur navigasi yang sangat strategis bagi jalur perdagangan dunia.

Dia mengatakan bahwa pada 2009 tercatat 370 juta ton barang dari Asia Timur dan Tenggara diturunkan di pelabuhan-pelabuhan di Uni Eropa. Nilainya mencapai 557 miliar dollar AS. Kapal tersebut menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan ke Uni Eropa dari dan ke Asia Tenggara dan Timur.

Sejumlah kapal diperkirakan menggunakan Selat Malaka sebagai salah satu jalur pelayaran yang saat ini dinilai paling efisien. Jumlah kapal pun akan meningkat sampai ribuan pada tahun 2015. Kapal-kapal yang melewati perairan tersebut adalah kapal-kapal yang membawa energi dari Afrika dan Timur Tengah ke Asia Timur. Sejumlah kapal juga membawa berbagai produk perdagangan dari Asia ke Eropa dan sebaliknya.

Arif Havas Oegroseno pun mengatakan, karena jalur yang sangat strategis, keselamatan navigasi di wilayah perairan tersebut dikelola bersama-sama di antara para negara pengguna dan para pemangku kepentingan lainnya. Ia melanjutkan, pengelolaan keselamatan navigasi di wilayah perairan tersebut saat ini dikelola secara trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Dalam perdebatan terlihat adanya apresiasi yang tinggi terhadap peran Indonesia dalam mengelola keamanan, keselamatan navigasi, dan perlindungan lingkungan di Selat Malaka dan Selat Singapura. Pandangan bahwa Eropa perlu meningkatkan peranannya dalam pengelolaan keselamatan navigasi di kawasan tersebut merupakan bentuk positif dari apresiasi terhadap upaya negara-negara pantai dalam mengelola Selat Malaka dan Selat Singapura.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan