Ahad, 27 Mac 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Gola Gong, Menggugah Masyarakat Galakkan "Iqra"

Posted: 27 Mar 2011 06:30 AM PDT

Jambi (ANTARA News) - Nama penanya adalah Gola Gong, bernama asli Heri Hendrayana Harris, ia dilahirkan di Purwakarta pada 15 Agustus 1963 dari ibu bernanama Atisah dan ayah bernama Harris.

Pria ini terkenal dengan novelnya yang berjudul "Balada Si Roy". Selain menulis novel tersebut, ia juga telah menulis novel lain lebih dari 50 judull. Sejak 2001 dia mendirikan komunitas kesenian Rumah Dunia di Serang, Banten.

Dalam kunjungannya di Jambi, Sabtu, untuk menghadiri peluncuran buku "Negeri Cinta Batanghari" karya 25 penulis Jambi, ia mengajak masyarakat untuk membaca dan membaca dan menulis.

"Mari kita galakkan dan mengajak masyarakat untuk `iqra` (membaca) seperti yang diamanatkan dalam agama Islam, agar kita bisa membaca dunia," tuturnya.

Gola Gong adalah anak kedua dari lima bersaudara. Selengkapnya adalah Dian, Gola Gong, Goozal, Eva, dan Evi. Pada 1965 ia bersama orangtuanya meninggalkan kampung halamannya Purwakarta menuju ke Serang, Banten.

Ayahnya adalah guru olahraga, sedangkan ibunya seorang guru di sekolah ketrampilan putri, Serang. Mereka tinggal di sebuah rumah di dekat alun-alun Kota Serang.

Pada umur 11 tahun Heri kehilangan tangan kirinya. Itu terjadi saat dia dan teman-temannya bermain di dekat alun-alun. Saat itu sedang ada tentara latihan terjun payung.

Kepada kawan-kawannya dia menantang untuk adu keberanian seperti seorang penerjun payung. Uji nyali itu dilakukan dengan cara loncat dari pohon di pinggir alun-alun.

Siapa yang berani meloncat paling tinggi dialah yang berhak menjadi pemimpin di antara mereka. Kecelakaan yang menyebabkan tangan kirinya harus diamputasi itu tidak membuatnya sedih. Ayahnya berkata, "jika kamu banyak membaca, kamu akan menjadi seseorang".

Pada umur 33 tahun dia menikahi Tias Tatanka gadis asal Solo, Jawa Tengah. Dari pernikahan ini mereka memiliki anak Bela, Abi, Jordi, dan Kaka.

Gola Gong telah menulis lebih dari 25 novel dan ratusan skenario film. Selain itu, cerita-cerita pendeknya juga terdapat di berbagai antologi.

Beberapa dari novelnya yang terkenal adalah Balada Si Roy, Kupu-Kupu Pelangi, Kepada-Mu Aku Bersimpuh, Biarkan Aku Jadi Milik-Mu, Lewat Tengah Malam (adaptasi dari film 2007 berjudul sama bersama Ibnu Adam Aviciena) dan lain-lain.

Impiannya sejak remaja untuk memiliki gelanggang remaja terwujud dengan didirikannya komunitas kesenian Rumah Dunia. Komunitas ini berada di atas tanah 1.000 meter persegi di belakang rumahnya di Komplek Hegar Alam, Ciloang Serang, Banten.

Komunitas semacam ini adalah impiannya beserta temannya Toto ST Radik, dan (alm) Rys Revolta.(*)

(T.KR-BS/E003)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Penjualan Album Menurun 500 Persen Akibat Pembajakan

Posted: 27 Mar 2011 05:30 AM PDT

Denpasar (ANTARA News) - Ketua Persatuan Artis, Musisi, Pencipta dan Insan Musik (Pramusti) Bali I Gusti Ngurah Murthana mengatakan, penjualan album para musisi Pulau Dewata menurun 500 persen semenjak 2010 akibat perkembangan teknologi dan pembajakan kaset.

"Selama setahun terakhir ini perkembangan industri musik Bali menurun drastis akibat minimnya penjualan album para musisi," kata Rahman, panggilan Murthana di sela-sela kegiatan sepeda santai yang diselenggarakan Pramusti Bali di Parkir Timur Lapangan Puputan Renon, Denpasar, Minggu.

Terpuruknya industri musik tujuan wisata internasional itu sudah mengkhawatirkan, akibat mudahnya transfer lagu dari komputer ke telepon selular, sehingga masyarakat tidak perlu lagi membeli kaset karena kemudahan teknologi tersebut.

Selain itu, ujarnya, tidak mudah untuk memberantas peredaran kaset-kaset bajakan yang cukup banyak digemari oleh sebagian masyarakat.

Rahman mengaku, saat ini, untuk mencapai penjualan album sebanyak 2.000 copy saja dalam setahun sangat susah, sehingga cukup banyak artis yang meredup atau beralih profesi.

Selain itu, beberapa perusahaan rekaman yang biasa memproduseri musisi tersebut menolak untuk kembali melakukan kerja sama karena merugi.

"Padahal saat masa kejayaan musisi Bali dari 2004-2009, umumnya para musisi dapat menjual album sampai 50.000 copy dalam satu tahun," ujarnya.

Kondisi yang mengkhawatirkan tersebut membuat sebagian musisi papan atas Bali pun menjadi pasrah. Namun, pihaknya akan terus berusaha untuk membuat industri musik kembali bangkit.

Salah satu upaya yang tengah dilakukannya adalah dengan memperbanyak mengadakan acara-acara dengan menampilkan musisi-musisi dari Pulau Dewata.

Selain itu, ucapnya, pihaknya terus memberikan informasi tentang berbagai hal sekitar dunia permusikan kepada para musisi yang masih tetap eksis.

Pramusti Bali berdiri sejak 2004 dengan jumlah musisi yang tergabung saat itu 200 yang terdiri dari grup band dan penyanyi solo.

Sampai 2011 tercatat 500 anggota, namun dari jumlah tersebut hanya 250 saja yang aktif berkecimpung dalam dunia musik.(*)

(T.KR-IGT/M026)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan